Nostalgia Kereta Di Lawang Sewu

Lawang Sewu Semarang
Melanjutkan postingan saya menelusuri kota lama Semarang yang tertunda beberapa waktu karena sibuk jalan-jalan ke tempat lain, kali ini saya akan berbagi cerita mengunjungi Lawang Sewu yang berada tepat di pusat kota Semarang tepatnya di depan lapangan tugu Pemuda.

Oh iya sebagai informasi saya menuju Lawang Sewu dari kawasan Kota Lama Semarang menumpang transportasi ojek online. Buat saya ini pilihan yang paling mudah sebab belum mengenal transportasi umum di ibukota propinsi ini. Daripada nyasar dan muter-muter akhirnya bisa sampai ke Lawang Sewu dengan biaya 15 ribu saja dari  kawasan Kota Lama.
Lawang Sewu Setelah Renovasi
Sebetulnya beberapa tahun yang lalu saya sudah pernah berkunjung ke Lawang Sewu namun waktu itu gedung yang sekarang milik PT Kereta Api Indonesia (KAI) ini sedang tahap renovasi total di beberapa bangunannya. Kemarin ketika saya kesana bangunan kolonial ini sudah berwajah lebih cantik dari sebelumnya dengan tembok yang bercat baru serta kayu-kayu penyangga sudah dipelitur ulang. Pohon-pohon yang berada di dalam pun masih rimbun serta pelatarannya juga bersih dari sampah.

Tampaknya keberuntungan sedang menghampiri saat saya berkunjung ke Lawang Sewu ini sebab sedang diadakan pameran dari PT KAI untuk merayakan hari ulang tahunnya. Alhasil Lawang Sewu ramai dengan tenda dan panggung di bagian halaman dalam Lawang Sewu sedangkan di dalam ruangan lantai satunya ramai pameran dari berbagai macam bagian  yang berkecimpung di KAI seperti display dari seksi makanan, pengarsipan, humas, tiket hingga pameran foto dari komunitas pencinta Kereta Api. Harga tiket masuknya pun menurut saya pas yaitu 10 ribu rupiah perorangnya untuk bisa masuk kedalam gedung ini.
Jendela Raksasa Lawang Sewu
Sekilas tentang gedung Lawang Sewu memang sejak awal dibangun oleh perusahaan kereta api swasta dari Belanda bernama Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij (NIS) pada tahun 1904. Banyak sejarah yang meliputi tempat ini sebab NIS adalah perusahaan kereta api yang menyambungkan jalur kereta api Hindia Belanda terutama di daerah bekas kerajaan Mataram dengan Semarang dan kota besar lainnya. Kantor ini pernah berubah fungsi beberapa kali baik setelah kedatangan Jepang dimana gedung ini dijadikan markas militer hingga masa sesudah kemerdekaan sempat mangkrak dan dikembalikan lagi ke PT KAI.

Salah satu yang menarik perhatian saya di Lawang Sewu adalah ornamen kaca di pintu utamanya dengan lukisan sejak gedung ini berdiri. Waktu dulu saya main kesini ruangan ini masih ditutup senangnya saat ini sudah dibuka dan bisa berfoto tepat di balik kaca tersebut. Meski begitu ruangan di lantai 3 tetap ditutup untuk umum sebab digunakan sebagai kantor. Oh iya bagian menarik dari gedung ini adalah bagian atap gedung utamanya yang lapang dan besar. Menurut cerita tempat ini dulunya juga berfungsi sebagai tempat dansa dan pesta para pegawai serta orang Belanda di Semarang juga pernah dijadikan markas tawanan orang Belanda saat Jepang datang dan menguasai Hindia Belanda.
Pampak Dari Dalam Jendela Raksasa Lawang Sewu
Jadi benarkah Lawang Sewu memiliki pintu berjumlah seribu? Jawabannya adalah tidak sebab julukan ini berasal dari masyarakat waktu itu yang menganggap jendela-jendela besar gedung ini adalah pintu. Saking banyaknya pintu dan jendela besar yang tampak dari luar sehingga masyarakat menyebutnya gedung Lawang Sewu.

Puas mengambil foto dan mengamati semua yang pameran PT KAI di dalam Lawang Sewu saya mengakhiri perjalanan kali ini. Catatan penting dari saya setelah berkunjung ke Lawang Sewu ini pemerintah daerah maupun pusat sudah seharusnya melihat gedung Lawang Sewu ini sebagai contoh pemeliharaan gedung kolonial yang bisa dirubah menjadi obyek wisata sejarah mengingat banyak bangunan kolonial yang terbengkalai di berbagai daerah di Indonesia. Perjalanan saya selanjutnya adalah ke Pabrik pabrik Gula di Karanganyar dan Klaten, tunggu saya di postingan berikutnya.
Atap Gedung Utama Lawang Sewu

Share:

4 comments

  1. Replies
    1. Siap mas, sedang mengumpulkan bahannya, terimakasih sudah main ke blog saya :)

      Delete
  2. Jendela raksasanya keren banget yak. Kesannya oldies tapi menawan. Terakhir kesana mungkin diatas 15 tahun lalu. Belum sempat masuk juga..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah sudah lama betul mbak, harus kesana lagi sepertinya sekalian nostalgia :)

      Delete