Ode Sepertiga Malam

Mana mungkin aku membenci malam? Ujar lelaki itu memecah keheningan

Tentu kau bisa membencinya, bukankah bagimu hidup hanya di antara fajar saat datang dan senja ketika pulang?

Benarkah aku berkata demikian? Ah seharusnya kau tahu, kenangan pun kadang tak setia dengan ingatan

Kali ini perempuan itu diam, dia paham hidup bukanlah hasil akhir perjalanan, namun sekedar penundaan atas kepahitan

Kalau begitu segera jemput aku sebelum malam, perempuan itu menjawab sambil menyesap minuman yang dipesannya tadi

Di pinggir jalan sebelum pelabuhan, mereka saling beradu dalam genggaman

Masing-masing menjawab pesan saat hujan menerjang

Share:

0 comments