Aku tidak biasa menulis puisi puisi panjang
Maka cukuplah sekarang aku menulisnya dalam perjalanan
Bagiku tak ada gunanya merangkai panjang jika tidak tersampaikan
Jika aku mau
kelak akan kutuliskan untukmu sebuah kisah beratus ratus halaman
Seperti roman picisan nenek moyang
Dimana dahulu orang tak sangggup membacakan meski disuarakan bergantian
Mulai dari ujung siang hingga tepi malam
(II)
Kukumpulkan
Setiap lembaran yang terisi sejejak kenangan
Kutuliskan
Setiap bayangan yang terangkum selangkah ingatan
Kubacakan
Setiap impian yang tercantum sebait masa depan
Siapa aku
Siapa dirimu
Bagaimana aku menemukanmu
Bagaimana kamu mendengarkanku
(Rumah Drakula 170716)
Pada mulanya adalah kata
Berubah menjadi mantra
Kemudian menyandera mata
Tersihir saat membaca
Pada mulanya adalah kata
Berkonspirasi dengan semesta
Menghendaki perjamuan
Menjadikan pertemuan
Pada mulanya adalah kata
Berelegi menjadi cinta
Tersembunyi dalam nada
Terdiam di angkasa
Pada mulanya adalah kata
Dunia menguburnya dengan dusta
Segala duka dan nestapa
Padam di pinggir jalan raya
Pada mulanya adalah kata
Memungut ingatan tentang asa
Terlihat jelas pada suara
Karena dia abadi di udara
Pada mulanya adalah kata
Namun berada di dimensi berbeda
Ruang dan waktu tak bertemu
Tidak berpihak pada yang satu
*"pada mulanya adalah kata" frase diatas saya ambil dari esai Sutardji dan sangat terpengaruh bahasan tentang Derrida dalam buku filsafat fragmentaris Budi Hardiman.
Lama sudah tak berjumpa, sudah banyak yang berubah. Anak bayi menjadi remaja, para pemuda menjadi pekerja. Namun kehangatan obrolan di wedangan tak pernah hilang. Hingga larut malam, diselingi kepulan asap dan renyahnya gorengan.
Ah kemudian jiwaku merindukan, masa kecil yang sudah menghilang, berlari-lari menunggu adzan. Demikian orang mengatakan : setiap yang pergi menginginkan pulang, setiap kenangan larut di jalanan..
Beranilah, jangan menjadi manja. Kelak jika nanti orang yang mencintaimu meninggalkanmu termasuk jika itu aku, kau akan tetap pulang dengan kepala tegak, tidak dengan tertunduk. Tunjukkan pada dunia kau perempuan hebat sebagaimana engkau terlihat, sebagaimana engkau terlihat
Judul Buku: Kota Dalam Ranselku catatan backpacker Febrie
Hastiyanto
Penulis: Febrie Hastiyanto
Penerbit : Tigamaha
ISBN : 978-602-19948-1-8
Halaman : 96 halaman
Tahun Penerbitan : 2013
Saat ini kita sering menjumpai banyak buku tentang cerita
perjalanan, mulai dari buku pariwisata resmi yang diterbitkan Dinpar hingga
buku cerita perjalanan tanpa modal. Di buku berjudul Kota Dalam Ranselku- Catatan
Backpacker Febrie Hastiyanto. Esais muda Febrie Hastiyanto mencoba menulis dari
sudut pandang yang unik
Sedang merenung, akhir-akhir ini Republik ini semakin tidak benar saja jalannya. Saya tidak habis pikir dengan pemerintah yang semakin tega menjual rakyatnya sendiri. barangkali Lagu Slank berjudul Hey Bung ini bisa mengingatkan mereka semua, bahwa rakyat tidak tinggal diam. . . !
Taman
Zuccoti, Sabtu 13 Agustus 2011
Aku
memimpin demonstrasi pada hari ke 151.
Aku masih ingat dengan jelas pertemuan dengannya. Sore itu saat aku berorasi berdiri
di atas bangku taman, dia berada di tengah-tengah ribuan demonstran yang
melakukan pawai, berkulit coklat, berambut hitam dan memakai kaos merah
bertuliskan “ dimana keadilan?” dia membawa serta tas penuh selebaran.
Untuk Widya, maaf tulisan ini datang terlambat. seharusnya aku membuat ini tepat pada hari ulang tahunmu karena sudah kupendam sejak beberapa minggu yang lalu. Ingatkah kita berkenalan pertama kali? Ya saat itu pertama kita bertemu aku masih asing siapa dirimu. Di Bastra bukan kita berkenalan? Pagi hari saat beberapa orang berjalan-jalan melintasi alam desa. Aku saat itu belum bisa tidur (sampai sekarang kebiasaan yang masih kuteruskan ) dan kau dengan pertanyaan- pertanyaanmu membuatku penasaran. ini obrolan kita pertama " Bagaimana kau bisa nyasar sampai organisasi sini?" tanyaku. Kau jawab " ada seseorang yang menyuruhku untuk ikut acara ini". Belakangan baru aku tahu orang itu adalah kakakmu yang pernah menjadi pengurus di tingkat kota organisasi ini (tempat dimana sekarang aku juga aktif di dalamnya). Dan jangan dikira aku tidak ingat bahwa kau yang pertama menghubungiku lewat sms.
Kita berkenalan sekali
Bertemu beberapa kali
Berjalan jalan berulang kali
Berdua nonton sesekali
Berbincang sekian kali
Berjauhan seringkali
Berjatuh cinta barangkali..
Mencintai dengan sederhana tidaklah sederhana
Seperti senja yang kehilangan merahnya
Seperti malam yang kehilangan hitamnya
Seperti puisi yang kehilangan maknanya
Seperti lagu yang kehilangan iramanya
Seperti rakyat yang kehilangan kuasanya
Seperti tubuh yang kehilangan jiwanya
Seperti manusia yang kehilangan tuhannya