Jadi apa bedanya mencintai seseorang dengan cinta tanah air
yang ditunjukkan para atlet Asian Games itu? Mengapa harus ada cinta jika
kemudian ada perpisahan? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul dari teman saya saat
sedang ngopi di kota Bengawan. Saya pun tertarik membahasnya, apalagi
pertanyaan tentang cinta bagi saya sangat layak direfleksikan dan tidak bisa
langsung dijawab dengan singkat dan sekedarnya.
Tema cinta, apalagi di Indonesia adalah bahasan yang seakan
tidak ada habisnya untuk diperbincangkan. Mau di warung kopi, kantor atau media
sosial setiap hari pasti kita temukan bahasan tentang cinta, entah itu oleh
teman, keluarga atau musuh kita sekalipun. Sampai-sampai Efek Rumah Kaca harus
menulis lagu berjudul Cinta Melulu yang mempertanyakan mengapa cinta jadi bahan
yang selalu membuat kita mendayu-dayu.“..lagu cinta melulu, apa karena kuping
melayu? suka yang sendu-sendu..” begitu lirik dalam penggalan lagunya.
Pun demikian bahasan cinta tidak habis dibicarakan para
sastrawan, agamawan hingga filsuf mulai dari Plato hingga Deridda. Definisi
cinta dipaparkan mulai dari yang sangat teologis bahwa cinta adalah perwujudan
Tuhan yang tampak (meskipun tidak tampak) di muka bumi seperti dikatakan Rumi,
cinta adalah bentuk kehendak berkuasa laki-laki atas perempuan seperti yang
Nietzche ungkapkan atau cinta tidak lebih dari hormon yang bekerja di sel-sel
otak manusia seperti yang para ahli kesehatan jelaskan.
Membahas cinta saya jadi teringat Slavoz Zizek, filsuf
eksentrik asal Slovania yang menurut saya pendapatnya tentang cinta sungguh
unik, meski kadang kontradiktif antara satu pernyataan dengan pernyataan lain
yang diungkapnya di publik. Zizek di satu kesempatan mengatakan cinta
menurutnya adalah bentuk kekerasan yang paling ekstrim. Alih-alih menggambarkan
cinta sebagai sesuatu yang melegakan, Zizek justru menampilkan definisi cinta
yang menurut saya tidak indah sama sekali.
Filsuf sekaligus psikoanalis ini melihat fakta bahwa cinta
identik dengan ke-paradoks-an. Misalkan saat jatuh cinta, secara tidak sadar
kita sering menerapkan standar diri imajinasi kita ke orang lain yang kita
cintai, seperti kamu harus begini, harus begitu, tak boleh ini tak boleh itu
dan seterusnya begitu juga sebaliknya. Hal itulah yang disebut Zizek sebuah
tindakan kekerasan yang inhern alias melekat di dalam cinta.
Zizek juga mengungkapkan kita tidak bisa mencintai tanpa
membenci karena setiap manusia diciptakan berbeda dengan keunikan
masing-masing, yang seringkali menimbulkan perasaan terancam bagi seorang
pecinta, jadi sangat wajar cinta itu paradoks dalam dirinya sendiri. Seharusnya
menurut Zizek mencintai berarti harus siap mencintai yang traumatis, yang tak
terduga, dan yang mengancam kita dengan perbedaan yang ditawarkan. Jika belum
bisa menerima perbedaan tersebut, maka bagi Zizek itu bukanlah cinta melainkan
kepura-puraan belaka.
Dosen filsafat yang menyebut dirinya sendiri sebagai orang tua aneh
namun romantis ini juga mengaitkan kebebasan yang dimiliki manusia dengan
cinta. Ia mengatakan bentuk tertinggi kebebasan yang diraih manusia hanya ada
saat manusia jatuh cinta. Saat jatuh cinta manusia diberikan kebebasan untuk
memilih, merubah diri menjadi yang lebih baik untuk yang dicintai dan saat
jatuh cinta (momen yang tidak setiap hari ditemui) bisa jadi merubah jalan
hidup manusia untuk selamanya.
Momen jatuh cinta yang ideal ini menurut Zizek terjadi
secara spontan dan tidak bisa ditebak kapan datangnya. Namun di balik itu saat
kita jatuh cinta sebetulnya momen langka tersebut tersusun dari banyak
bagian-bagian yang mempengaruhinya. Inilah yang menurut Zizek disebut jatuh
cinta, sebab mencintai tanpa merasakan jatuh bukanlah cinta.
Sebagai penutup saya kutipkan pendapat Zizek tentang cinta
yang sering dikutip di internet, “Jika kamu masih punya alasan saat mencintai
seseorang, maka itu bukanlah cinta,”
Jadi sudahkah jatuh cinta hari ini?
Referensi :
- https://beanhu.wordpress.com/2009/12/07/zizek
- https://philosophynow.org/issues/77/Zizek_on_Love
- https://bigthink.com/think-tank/slavoj-zizek-on-on-events-encounters-and-falling-in-love
- https://www.theguardian.com/commentisfree/video/2014/dec/03/slavoj-zizek-philosopher-what-is-freedom-today-video
- Dimuat di https://www.artikulasi.id/2018/08/mencintai-harus-siap-jatuh-pendapat.html
Wrote by Kecoamonolog