Warga Kota Solo Melawan Teror *
Peristiwa mengejutkan
kembali mengguncang Kota Solo. Insiden teror penembakan yang menewaskan satu
anggota kepolisian pada hari Jumat (30/8) kemarin menyiratkan luka bagi warga
kota Solo. Kejadian penembakan yang terjadi di Pos Polisi Singosaren ini bukanlah
teror yang pertama kali terjadi dalam sebulan belakangan ini di kota Solo.
Sebelumnya warga kota Solo digemparkan oleh peristiwa penembakan Pos Pengamanan
Polisi di Gemblegan pada 17 Agustus lalu serta pelemparan petasan pada Pos
Polisi Gladak yang terjadi pada malam sebelum hari Idul Fitri. Puncak dari aksi
teror tersebut terjadi pada Jumat malam (31/8) dimana 1 Anggota kepolisian
kembali tewas serta 2 orang yang diduga teroris turut menjadi korban.
Di tengah penyelidikan
polisi yang telah berjalan muncul sekian wacana mengenai kejadian teror
tersebut. Beberapa pengamat mencoba mengkaitkan peristiwa diatas dengan momen Pilkada
Jakarta, wacana yang kemudian marak di jejaring sosial internet seperti
Facebook dan Twitter. Isu yang
berkembang rata-rata terkait dengan majunya Walikota Solo Jokowi sebagai Cagub
DKI yang akan berlangsung putaran kedua pada bulan September ini. Kegagalan
Jokowi menjaga keamanan Kota Solo akan menurunkan popularitasnya di Pilkada
DKI. Namun jika ditelaah lebih dalam analisis ini tampak lemah secara bukti karena
kejadian teror yang selama ini terjadi di tanah air sesungguhnya tidak hanya
terkait masalah politik saja. Pihak kepolisian pun belum menemukan indikasi
hubungan Pilkada DKI dengan peristiwa yang terjadi di Kota Solo seperti yang
diungkapkan Kepala Biro Penerangan Masyarakat, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar
kepada media massa pasca kejadian di Gemblegan. Hal ini kembali ditegaskan
Kapolri pasca kejadian Tipes dimana terduga teroris merupakan kelompok baru
yang baru kali ini beraksi.
Tentu tidak heran
ketika banyak orang mencoba menganalisis peristiwa ini bukanlah suatu
kebetulan. Kejadian tersebut nampak telah direncanakan dengan matang serta
mengarah ke aparat keamanan (baca:polisi) sebagai sasarannya. Dari rekaman CCTV
pada peristiwa Gemblegan pelaku tampak tenang meninggalkan lokasi Pos Polisi
setelah terjadinya penembakan. Begitu juga ketika terjadi pelemparan petasan di
Pos Polisi Gladak dimana peristiwa tersebut terjadi sangat cepat di tengah
perayaan membunyikan petasan yang menjadi kebiasaan warga. Hal ini berulang
pada kejadian di Singosaren Jumat lalu dimana pelaku melakukan penembakan tanpa
pandang bulu ke arah Bripka Dwi Data Subekti. Beberapa warga yang mencoba
mengejar pelaku diancam dengan tembakan dari pistol sang pelaku. Ketenangan
pelaku dalam melakukan aksi inilah kemudian yang memunculkan kecurigaan bahwa
teror ini telah dirancang. Setelah kejadian Tipes Jumat lalu , ada pernyataan
bahwa kedua terduga teroris yang tewas itu yang telah melakukan aksi-aksi teror
sebelumnya. Selain kedua terduga teroris tersebut ditangkap pula satu orang
yang diduga teroris di Karanganyar yang saat ini masih dalam tahap penyidikan
aparat keamanan
Kota Solo sebagai kota
yang saat ini sedang menjadi kota besar nampak selalu hidup dengan geliat
warganya. Sejak zaman kolonial Kota Solo terkenal sebagai kota multi etnis,
agama dan ras yang menjunjung tinggi perbedaan serta menghargai toleransi. Hal
ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah Kota Solo itu sendiri dimana pada awal
abad 19 lalu merupakan kota perdagangan yang ramai. Kota dengan potensi
perdagangan kain batik merupakan magnet bagi pendatang. Bermacam-macam warga
bertandang ke Kota ini sebagai kota penghubung antara daerah Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Pasar Klewer menjadi saksi betapa putaran ekonomi dari perdangan
ini mencapai putaran uang hingga 2 M perhari. Tidak heran jika telah lama
berdiri kampung-kampung dari beberapa etnis seperti Kampung Arab di Pasar
Kliwon serta Kampung China di kawasan Pasar Gede. Hingga saat ini Kota Solo
dikenal ramah serta kota yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang baik.
Tumbuhnya hotel, pusat perbelanjaan serta terbukanya lapangan pekerjaan baru
diimbangi dengan kesdaran masyarakat serta pemerintah kota yang tidak melupakan
budaya aslinya. Maka dari itu teror yang terjadi akhir-akhir ini cukup
mengejutkan warga. Padahal Kota Solo
juga merupakan kota yang relatif aman
dari ancaman teror. Tercatat baru kali ini Kota Solo mendapat ancaman yang
nyata dalam waktu relatif singkat.
Istilah teror sendiri
tidak bisa dilepaskan dengan terorisme, kata yang kemudian akrab di telinga
kita pasca tragedi WTC di Amerika Serikat (AS). Definisi terorisme bisa
bermacam-macam pengertiannya. Menurut Dr F Hardiman dalam artikelnya berjudul Terorisme : Paradigma dan Definisi
adalah fenomena untuk menakut-nakuti, mengancam, memberi kejutan dengan
kekerasan dengan tujuan membuat takut masyarakat. Berbeda dengan definisi teror
oleh Drs Moeflich Hasbullah MA dosen sejarah UIN SGD Bandung yang menyatakan
terorisme merupakan ideologi yang sengaja diciptakan dengan tujuan untuk
menteror, yaitu menakut-nakuti orang lain, menciptakan keresahan dan
ketidaknyamanan orang lain serta menimbulkan situasi yang kacau tidak menentu.
Dari dua definisi terorisme diatas teror bisa dilakukan oleh kelompok manapun
tergantung dari siapa yang mendefinisikan serta yang membatasi pengertian teror
itu sendiri. Bahkan Noam Chomsky
berpendapat bahwa istilah terorisme sengaja dimanfaatkan AS untuk memukul
lawan-lawan kebijakannya. Artinya terorisme tidak bisa dikaitkan dengan suatu
kelompok tanpa pembuktian yang jelas bahkan bisa dilakukan oleh negara seperti
yang dilakukan oleh AS. Ini terjadi pada masa Presiden Bush ketika menginvasi
Irak medio 2003 diistilahkan dengan perang melawan teror yang akhirnya terbukti
kebohongan belaka.
Hendaknya aparat
keamanan benar-benar membuktikan pelaku teror tidak hanya asal saja dalam
menangani kasus teror seperti asal tangkap dan asal tembak. Jatuhnya korban
dalam kejadian Tipes harus jadi catatan kepolisian agar tidak terulang. Ada
fakta bahwa proses penangkapan di Karanganyar pada Jumat malam itu terjadi
peristiwa yang tidak menyenangkan. Mertua terduga teroris turut terluka dalam
penggerebekan ketika polisi melakukan penangkapan. Padahal tindakan yang
berlebihan ini dapat dihindari jika saja kepolisian mengedepankan pendekatan
kemanusiaan serta menghindari kekerasan yang tidak perlu dalam upaya
menyelesaikan kasus teror.
Adalah suatu kebanggaan
seluruh warga Kota Solo yang menjadi sasaran ancaman teror dari tiga peristiwa
tersebut nampak tidak terpengaruh. Memang sempat terjadi kecemasan sesaat namun
tidak sampai membuat kepanikan warga. Kedewasaan warga Kota Solo yang bisa
tenang dan tidak panik menghadapi teror menghasilkan kekuatan yang luar biasa
untuk melawan kecemasan. Kondisi ketakutan yang mungkin diharapkan peneror
untuk menakuti warga tidak terbukti di Kota Solo ini. Aktivitas warga kota sehari-hari
yang terjadi tidak menunjukkan ketakutan terhadap teror. Ini juga dibuktikan
dengan tetap diadakannya event-event besar kebudayaan di Kota Solo. Tidak ada
event yang dibatalkan ini menunjukkan bahwa Kota Solo adalah kota yang aman
untuk dikunjungi serta dipercaya warganya. Ketabahan warga Kota Solo ini
hendaknya dipahami sebagai kekompakan warga Kota Solo untuk melawan segala bentuk
terorisme.
Kepercayaan warga Kota
Solo hendaknya dilanjutkan oleh kerja aparat keamanan untuk segera menuntaskan penyelesaian
kasus teror, serta mengantisipasi agar tidak terulang lagi peristiwa teror semacam
ini. Kegagalan aparat intelijen negara yang tidak cepat mengantisipasi peristiwa
teror di Kota Solo akan mengakibatkan jatuhnya kepercayaan warga terhadap
kinerja aparat itu sendiri. Jatuhnya korban tentu sangat disayangkan dan tidak
diinginkan serta menimbulkan duka yang mendalam bagi warga Kota Solo. Kita
semua bersepakat bahwa kegiatan teror apapun bentuknya bertentangan dengan
nilai-nilai agama, budaya serta hukum.. Teror bisa dilawan dengan tidak
menunjukkan rasa takut serta senantiasa menjunjung nilai-nilai agama yang damai
serta toleran. Siapapun yang melakukan teror harus ditindak tegas namun tetap
mengedepankan nilai kemanusiaan dalam penuntasan kasusnya. Semoga rentetan
kejadian ini merupakan yang terakhir di Indonesia dan Kota Solo pada khususnya.
*Dimuat di Harian Joglosemar Selasa 4 September 2012 . Ini versi belum dieditnya
0 comments