Media Sosial dan Gerakan Sosial, Mau Kemana?

Demokrasi Media Sosial
Masih segar dalam ingatan kita tentang peristiwa bom Sarinah kemarin. Tidak lama setelah peristiwa terjadi ribuan akun twitter berkicau menyuarakan ledakan yang menewaskan 7 orang tersebut. Entah darimana mulainya, muncul informasi yang menyusul kemudian bahwa bom tidak hanya terjadi di kawasan Thamrin, namun juga di beberapa tempat lain di Jakarta. Masyarakat pun panik seketika saat itu.

Kabar yang awalnya muncul di media sosial menjadi semakin heboh ketika  informasi yang belum jelas tersebut dirilis sebagai sumber informasi oleh media lainnya konfirmasi. Jika akhirnya kemudian kita ketahui bahwa kabar tersebut tidak benar, kita semua menyadari bahwa wacana media sosial sudah sangat berpengaruh di era ini.

Tidak bisa dipungkiri kehadiran sosial media sangat mempengaruhi kondisi masyarakat. Tidak hanya terjadi di masyarakat kelas menengah perkotaan dimana akses informasi dapat dengan mudah diraih, saat ini hampir semua lapisan masyarakat dapat mengakses media sosial.
Ini sesuai dengan data yang baru saja dirilis oleh Pusat Kajian Komunikasi (Pusakom) UI dimana pengguna internet Indonesia mencapai lebih dari 88 juta orang. Salah satu hal yang menarik dari kajian tersebut mayoritas pengguna internet Indonesia menggunakan internet untuk bersosialisasi di media sosial.

Namun demikian besarnya pengguna media sosial masyarakat Indonesia saat ini harus pula diimbangi dengan pendidikan politik dan kebangsaan. Tentu juga tidak luput dari ingatan kita peristiwa yang memicu konflik di masyarakat seperti kasus black campain saat pemilihan kepala daerah langsung akhir tahun lalu atau maraknya berita rekayasa sekarang banyak sekali dimulai di media sosial.

Di balik kabar-kabar negatif yang terjadi di masyarakat tentu banyak pula keberhasilan media sosial sebagai alat pemersatu dan pendidikan politik masyarakat. Ini dapat kita lihat pada gerakan sosial yang aktivitasnya hadir lebih dulu di media sosial seperti gerakan melawan korupsi dengan jargon #SaveKPK atau gerakan berbasis relawan yang menyuarakan kepedulian terhadap kondisi bangsa seperti Indonesia Mengajar.

Perubahan pola komunikasi masyarakat yang mulai bergeser dari media konvensional ke media internet tidak hanya terjadi di Indonesia. Apabila kita amati gerakan sosial yang memanfaatkan media sosial sebagai alat telah kita lihat keberhasilannya di Tunisia, Mesir maupun Malaysia. Adapun mereka berhasil untuk mengkombinasikan antara gerakan media sosial dengan gerakan di lapangan dan menghasilkan perubahan di negara mereka masing-masing.

Pemanfaatan media sosial ternyata tidak digunakan untuk tujuan positif. Kelompok teror ISIS juga memanfaatkan media sosial untuk menarik anggota yang sebagian besar adalah kalangan muda. Hampir semua media sosial besar mereka gunakan dan mereka sangat aktif mengirimkan pesan ideologinya secara terbuka. Hal yang tidak kita temui dalam dasawarsa terlampau. Wajar jika kemudian negara negara besar termasuk Indonesia melakukan pengawasan media sosial untuk menghambat laju ideologi mereka.

Tantangan kedepan menghadapi masyarakat melek teknologi ini akan semakin rumit. Jika pemerintah tidak tanggap merespon perkembangan masyarakat melalui media sosial dan ikut aktif berperan di dalamnya sangat dimungkinkan Indonesia akan disusupi dengan mudah oleh paham-paham yang bertujuan memecah belah bangsa.

Sudah seharusnya pemerintah kita perlu pemahaman yang baru untuk di  menanggapi tantangan yang hadir saat ini.  Hadirnya kelompok yang memaksakan ideologinya di berbagai lini termasuk media sosial sudah seharusnya dihadapi dengan cara yang cerdas pula.

Kehadiran masyarakat yang aktif di media sosial dengan tujuan positif harus terus dikembangkan dan dilindungi pemerintah. Kehadiran kelompok-kelompok yang menyuarakan perbaikan kondisi bangsa di media sosial inilah yang dapat mengimbangi kondisi yang keruh di dunia maya. Apalagi saat ini Indonesia telah memasuki era kebebasan dimana setiap orang berhak menyampaikan pendapatnya, sehingga ide-ide yang muncul di media sosial seharusnya dilawan dengan ide ide pula, bukan dengan cara diberangus apalagi pembungkaman.

Share:

0 comments