Apa Kabar Kawan?

Apa kabar kawan? Ya, jangan heran aku menulis ini seakan aku tidak bertemu dengan kalian kemarin. Aku tahu kalian semua masih baik baik saja, masih sehat semua karena kemarin kulihat kau masih tertawa bersamaku. Tapi kawan tunggu dan baca sejenak tulisanku ini.
Unek unek yang rasanya aku tidak mampu mengatakan langsung kepadamu. Lebih baik kuungkapkan lewat tulisan agar tidak terpendam sendiri di otakku hingga kram. Hei kawan, masihkah kau kawanku yang dulu? Kawan yang 2 tahun lalu mengajariku idealisme, kawan yang meyakinkanku tentang kebenaran, kawan yang bersamaku merajut impian kebebasan? Ah sudah 2 tahun rupanya, mungkin sudah banyak yang berubah di pikiran kalian sekarang. Sebagian disibukkan dengan ujian, yang lain dialihkan dengan perempuan.

Tuntutan zaman kau bilang sekarang kawan? Hahaha, pantaskah aku mengingatkanmu bahwa kau berkata kitalah anak anak zaman? Anak zaman yang berjuang tentang perubahan. Tiap malam kita diskusikan bagaimana marx, semaun hingga ali syariati membicarakan perubahan. Bagaimana kisah nabi yang mengatur strategi perang dan kita pergunakan saat aksi di jalan. Ya, kita demonstran kawan. Masih kurasakan denyut jantungku berdegup kencang dikejar aparat keamanan. Dan apa yang kita pikirkan saat itu? Hanya bermodal poster dan sejumlah ban kita teriakkan kebenaran. Mengambil hak yang diambil oleh tak berhak. Ahh sepertinya aku terlalu melantur, maaf kawan, hanya ingin mengingatkan.

Sungguh aku rindu masa masa itu, seperti aku rindu dengan kekasihku sekarang.
Piuuhh hidup ini adalah penderitaan seperti filsuf nietzche bilang, tapi bukankah tetap harus kita jalani dengan penuh keteguhan? Maaf kawan hari ini kulihat perbedaan denganmu.
Dan engkau kini bicara politik kekuasaan? Ahh apa pula itu, jabatan dan kedudukan, sungguh aku tak peduli itu semua. Kau boleh nilai aku bodoh kawan, hanya saja aku merasa tak pantas bicara itu sedangkan warga di sekitarku kelaparan. Tentu kau melihat berita yang sama denganku. Berita masih banyaknya korban teror kompor, berita pembunuhan aktivis, berita naiknya harga harga. Ya kawan dan sekarang kita terdiam. Duduk manis, mengumpat dan hanya menyaksikan..

(celoteh kesepian mahasiswa lumutan, kangen dengan mimpi yang menyelimutiku, mimpi ibu pertiwi yang berdikari. Di sini, di komisariat ini..)

Share:

0 comments