Apa itu krisis ekonomi (bagian pertama) ?
Selama ini kita seringkali mendengar istilah krisis ekonomi
tanpa bisa menjelaskan maknanya. Hal ini akan membingungkan kita yang awam
terhadap masalah ekonomi. Padahal hari ini kita sedang menghadapinya. Diakui
atau tidak krisis ekonomi telah melanda di Asia, Afrika, Eropa hingga Amerika.
Krisis ekonomi menjadi momok bagi setiap negara di dunia. Tidak kurang dalam
tempo 100 tahun kita telah berjumpa krisis ekonomi selama 4 kali dalam skala
global[1].
Ini belum krisis ekonomi dalam skala lebih kecil yang terjadi setiap tahunnya
(inflasi,deflasi,penurunan nilai mata uang dll) di berbagai belahan dunia[2].
Jika sebelumnya ada rentan waktu yang lama dari tiap krisis ekonomi yang
terjadi (krisis ekonomi tahun 30an baru terulang tahun 70) maka kali ini
periodenya semakin cepat. Hanya butuh 4 tahun dari krisis ekonomi yang terjadi
di Amerika Serikat dengan krisis ekonomi yang terjadi di belahan bumi Eropa
saat ini[3]
Krisis ekonomi sebenarnya permasalahan yang tidak mungkin
dihindari dalam sistem ekonomi kapitalisme. Krisis ekonomi hakekatnya adalah
krisis over produksi yaitu ketika jumlah barang yang beredar melimpah namun
tidak ada yang bisa membelinya karena tidak ada uang yang dimiliki masyarakat[4].
Di dalam sistem ekonomi kapitalisme terjadi perbedaan nilai antara barang yang
diproduksi karena barang itu dibutuhkan (nilai pakai) dengan barang yang
diproduksi karena barang itu menghasilkan laba (nilai tukar). Nah yang sekarang
terjadi pemilik alat-alat produksi (selanjutnya disebut kapitalis/pemilik
modal) mengutamakan barang yang diproduksi karena menghasilkan laba atau pada
nilai tukarnya[5].
Dalam sistem ini artinya tidak semua mendapat laba karena tidak semua orang
memiliki alat produksi, artinya laba akan terakumulasi dan terkonsentrasi
kepada kapitalis yang memiliki modal yang besar.
Para kapitalis ini secara langsung bersaing dengan kapitalis
lainnya untuk dapat terus menjalankan usahanya. Tidak apa-apa untung sedikit
namun tetap untung dan terus berproduksi kata mereka. Dengan logika persaingan,
para kapitalis ini berusaha untuk tetap mendapatkan laba, maka salah satu
caranya adalah menekan harga adalah barang yang diproduksi, dengan cara
ditingkatkan jumlah produksinya. Karena produksi barang dalam jumlah yang besar
akan mengakibatkan harganya jadi lebih murah.
Akibatnya kapitalis yang tidak mampu bersaing (karena tidak mampu
menurunkan harga) harus tutup atau dicaplok oleh perusahaan yang lebih besar[6].
Tutupnya kapitalis-kapitalis kecil ini berakibat dengan juga pemecatan para
buruhnya.
Berikutnya penyebab krisis ekonomi dalam sistem ekonomi
kapitalisme adalah adanya kemajuan teknologi yang kehilangan arah. Sejatinya
kemajuan teknologi ada untuk memudahkan manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Namun di bawah sistem kapitalisme yang orientasinya adalah akumulasi
laba maka masyarakat tetap harus bekerja meski telah ada mesin yang
menggantikan. Mengapa? Karena teknologi juga dimiliki oleh kapitalis dan
merupakan modal mereka untuk terus meningkatkan labanya. Di dalam kapitalisme
masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidup jika dia bekerja di bawah kapitalis
dengan sistem upah. Pekerja atau buruh hanya dihitung sebagi pelengkap faktor
produksi seperti mesin, teknologi yang menghasilkan laba bagi tiap barang yang
diproduksi. Artinya jika jumlah pekerja dikurangi karena tugasnya telah
digantikan oleh mesin maka upahnya otomatis hilang sehingga meningkatkan jumlah
laba bagi para kapitalis. Akibatnya semakin banyak yang menganggur dan tidak
mempunyai upah untuk membeli barang-barang.
Karena sistem ekonomi kapitalisme menganggap semua barang
adalah komoditas yang bisa diperjualbelikan oleh para kapitalis. Maka mereka
pula yang berhak menentukan harga barang termasuk yang menyangkut hajat hidup
orang banyak. Dari makanan, air, udara, semua dimiliki oleh mereka. Dan yang paling
tragis adalah buruh tidak dapat menikmati hasil pekerjaannya sendiri karena
upahnya rendah, apalagi para penganggur yang tidak mempunyai upah sama sekali.
Inilah kontradiksi dalam sistem ekonomi kapitalisme dengan logika akumulasi
laba yang menyebabkan krisis ekonomi karena banyak barang yang beredar namun
masyarakat tidak bisa/mampu membelinya
akibat tidak punya uang.
Selain permasalahan pemecatan buruh tadi bahkan upah untuk
buruh yang masih bekerjapun bisa ditekan karena banyaknya jumlah pekerja tidak
sebanding dengan lapangan kerja. Setiap pengeluaran yang menyebabkan laba
berkurang akan ditekan sedemikian rupa oleh para kapitalis. Yang paling jamak
kita temui sekarang adalah sistem kerja kontrak dan hilangnya hak-hak dasar
buruh[7].
Dengan sistem kerja kontrak, kapitalis tidak perlu mengeluarkan uang untuk
membiayai tunjangan kesehatan, cuti, transportasi bagi pekerjanya karena
kontrak bekerja yang terhitung singkat. Dengan sistem ini pula tidak ada
jaminan untuk buruh jika dia pensiun, karena hak-hak dasar yang tadi disebutkan
hanya berlaku bagi buruh tetap bukan untuk buruh kontrak
Lalu mengapa krisis ekonomi alias krisis over produksi ini
tidak menghancurkan kapitalisme? Jika tadi kita membahas krisis ekonomi di
suatu negara maka krisis over produksi tadi bisa teratasi sementara dengan cara
melemparkan barang hasil produksi ke belahan dunia yang lain. Hal ini dalam
sistem ekonomi kapitalisme lazim disebut globalisasi, namun sebenarnya ada
istilah yang tepat yaitu imperialisme. Imperialisme diartikan sebagai
terbentuknya kartel-kartel dagang, peranan bank yang semakin penting serta
perluasan pasar produksi dengan berbagai cara untuk mencapai tujuannya[8].
Perluasan pasar produksi ini diterapkan dengan legitimasi yang seringkali
ilmiah. Contoh penerapannya adalah permasalahan moral, bahwa masyarakat yang
tidak memakai pakaian itu berarti tidak beradab, hingga menggunakan kekerasan
yang terang-terangan seperti pendudukan di negara-negara Afrika oleh
negara-negara maju. Apa yang berubah? Akan kita bahas di artikel selanjutnya
[1]
Krisis ekonomi pertama melanda eropa sebelum perang dunia pertama yang sering
disebut era great depression, selanjutnya krisis ekonomi terjadi pada era
booming minyak periode tahun 1970, krisis ekonomi ketiga terjadi pada tahun
1997 yang melanda sebagian besar wilayah Asia serta yang terakhir terjadi di
Amerika Serikat pada tahun 2008
[2]
Contoh paling nyata terjadi di Yunani, Portugal dan Spanyol dimana terjadi
pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran serta naiknya harga kebutuhan
pokok di masyarakat. Baca krisis ekonomi Eropa dalam berbagai media januari-saat
ini
[3] Krisis
Ekonomi di Yunani ini dikhawatirkan akan berdampak pula pada negara yang
tergabung dalam euro. Dimana seluruh
sistem keuangan negara-negara di Eropa diintegralkan
[4] Karl
Marx dan Engels dalam Manifesto Komunis
[5] Karl
Marx dalam Das Kapital yang kemudian diterbitkan
oleh Engels
[6] Karl
Marx dan Engels Das Kapital
[7] Di
Indonesia misalnya, pasca disahkannya UU Naker no 13 Tahun 2003 tenaga kerja
kontrak dan sistem kerja Outsourcing mulai diberlakukan. Hal ini menyebabkan
banyaknya perusahaan yang memecat buruh tetap dan menggantinya dengan buruh
kontrak
[8] Lenin
dalam Imperialisme tahapan tertinggi kapitalisme
Tags:
Aksi
aktivis
Anti globalisasi
buruh
globalisasi
Hegemoni
imperialisme
Kapitalisme
krisis ekonomi
Neoliberalisme
outsourcing
0 comments