Beberapa waktu yang lalu saya sengaja mencari video apa yang terjadi di Suriah. Awalnya karena saya penasaran mengapa negara yang tadinya damai ini setiap hari mengisi headline media yang saya baca. Sebut saja New York Times, Guardian hingga Republika dan Kompas.
|
Markas HMI Cabang Surakarta |
Bertepatan
dengan perayaan Maulid Nabi yang jatuh pada tanggal 5 Februari tahun ini
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) juga merayakan hari jadinya yang ke 65.
Berbicara tentang organisasi mahasiswa yang usianya hampir sama dengan usia
republik ini pastilah akan sangat banyak tema baik pemikiran maupun tema gerakan
yang bisa diangkat. HMI yang lahir ditengah pergolakan bangsa pasca kemerdekaan
pada tahun 1945 silam bertujuan awal sebagai wadah bagi mahasiswa Islam untuk
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia serta meninggikan derajat umat
Islam yang saat itu masih dirundung kemiskinan serta kebodohan akibat
penjajahan Belanda. Meski menghadapi
berbagai tantangan baik dari eksternal umat Islam maupun intern umat Islam HMI
yang semula hanya mempunyai satu kantor cabang di Yogyakarta sekarang telah
menjadi organisasi mahasiswa yang terbesar dan tertua dengan lebih dari 100
Cabang dan puluhan ribu kader di seluruh Indonesia.
Dalam
perjalanannya tujuan HMI berubah menjadi terbinanya
Insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab
atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. HMI juga
menyebutkan dalam Anggaran Dasar pasal 9 bahwa HMI berperan sebagai organisasi
perjuangan. Perjuangannya sebagai organisasi mahasiswa adalah perjuangan untuk
mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Namun demikian fakta
yang saat ini ditemui belumlah seperti yang diharapkan dalam konstitusinya. Di
usianya ke 65 HMI ada kegelisahan yang dituliskan oleh Agussalim Sitompul seorang
sejarawan dalam bukunya 44 Indikator
Kemunduran HMI bahwa saat ini kader- kader HMI minim sekali gagasan segar yang
bersentuhan langsung dengan masyarakat serta umat. Dalam berbagai acara HMI
masih sering mengenang kejayaan Nurcholis Madjid dkk di era tahun 70-an yang
mengusung pemikiran Islam Indonesia Modern, dimana Cak Nur mendapatkan
insipirasinya ketika dia dulu masih aktif di HMI. Setelah itu pada era 80-an HMI
seolah tidak muncul di permukaan karena disibukkan dengan urusan internal
organisasi yang tidak produktif.
Sekali lagi jargon “ nasionalisme“ kembali dikobarkan di berbagai daerah di tanah air. Demam nasionalisme akhir akhir ini yang sedang melanda sebagian besar rakyat Indonesia diawali oleh negara tetangga kita Malaysia yang mengklaim beberapa hasil budaya asli negeri ini sebagai milik mereka untuk promosi pariwisatanya . Penulis sengaja memberi penekanan pada kata nasionalisme karena nasionalisme yang sekarang banyak didengungkan sebagian orang tersebut pengertian sangat sempit dan bahkan bertentangan dengan nasionalisme yang dicita citakan oleh pendiri bangsa ini. Nasionalisme menurut pandangan Soekarno dalam pidatonya yang berjudul Indonesia menggugat yang disampaikan di depan pengadilan kolonial Belanda pada 18 Agustus 1930 adalah “adanya rasa persamaan sebagai rakyat yang tertindas oleh penjajah kolonial dan ingin mewujudkan kemerdekaan sejati baik lahir maupun batin bagi seluruh rakyat .