Tentang Suriah

Beberapa waktu yang lalu saya sengaja mencari video apa yang terjadi di Suriah. Awalnya karena saya penasaran mengapa negara yang tadinya damai ini setiap hari mengisi headline media yang saya baca. Sebut saja New York Times, Guardian hingga Republika dan Kompas.

Jika ingat tentang Revolusi Mesir yang kemudian merembet ke negara-negara Arab lain dan sering disebut Arab Spring, Suriah ini termasuk yang paling belakangan mengalami pergolakan. Namun demikian korban yang tercatat sampai saat ini sangat luar biasa banyaknya. PBB sendiri  memperkirakan 150 ribu hingga 400 ribu orang menjadi korban perang sipil di Suriah.

Tidak perlu jauh membayangkan jumlah tersbut, bahkan kematian 1 orang yang kita kenal saja biasanya cukup membuat kita merenung dan memikirkan makna kehidupan. Betapa sangat dekatnya kita dengan kematian isnt it?

Salah satu video yang saya tonton sungguh mengiris hati saya. Video tersebut berjudul Inside Al Nusra yang diproduksi oleh Vice News. Sebagai informasi Vice News adalah salah satu media dari Amerika yang mengangkat jurnalisme investigatif dengan gaya populer ala generasi sosial media.

Video itu sendiri bercerita tentang kondisi anak-anak di kota Allepo Suriah pasca perang sipil yang terjadi di Suriah. Bagaimana anak-anak yang masih berumur 4-15 tahun kehilangan orang tua mereka dan sudah belajar memegang senjata di tengah perang saudara.

Tak ada yang lebih memilukan daripada melihat polosnya anak di video tersebut menceritakan ayah dan ibu mereka yang mati saat perang sipil terjadi dan mereka diajari memegang senjata untuk berperang dalam artian sesungguhnya, bertahan hidup atau ditawan bahkan dibunuh oleh lawan.

Mereka bercerita tentang keinginan mereka untuk melihat kedamaian di negeri mereka sambil bermain futsal layaknya anak kecil yang sering saya lihat di jalanan sekitar rumah saya.

Saya terbisu melihat tayangan tersebut dan tidak mampu menerjemahkan perasaan saya sendiri. Saya merasa tidak berarti sebagai manusia melihat kenyataan yang ada di video tersebut.

Jika memang nyawa dan kehidupan manusia sangat berharga di dunia lantas apa bedanya manusia di Suriah sana yang seringkali hanya disebut di deretan angka dengan saya yang hidup di Indonesia?

Saya teringat pesan Albert Camus filsuf Prancis yang pernah mengatakan "The Purpose of Writer is to keep Civilization from Destroying Itself"

Saat ini yang bisa saya lakukan mungkin hanya menulis untuk tetap mengingatkan rasa kemanusiaan diri saya sendiri di tengah dunia yang berjalan tidak sebagaimana mestinya.

Share:

0 comments