Kisah Di Taman Zuccoti



Taman Zuccoti, Sabtu 13 Agustus 2011
Aku memimpin  demonstrasi pada hari ke 151. Aku masih ingat dengan jelas pertemuan dengannya. Sore itu saat aku berorasi berdiri di atas bangku taman, dia berada di tengah-tengah ribuan demonstran yang melakukan pawai, berkulit coklat, berambut hitam dan memakai kaos merah bertuliskan “ dimana keadilan?” dia membawa serta tas penuh selebaran.

Aku terdiam memandangnya, dan dia sepertinya memperhatikanku. Seketika hening di telingaku ratusan orang yang meneriakkan kata-kata makian di sekeliling tempat ini. Duniaku terasa berhenti, aku jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Namun waktu tidak berpihak padaku. Aku tak berhasil mengejar dirinya untuk berkenalan lebih jauh. Dia hilang di tengah kepungan demonstran. Kuputuskan untuk berkemah disini sejak saat itu. Aku akan menunggunya melintas lagi. Malam setelahnya, kucoba cari foto gadis itu di jejaring sosialku. Tidak kuketahui namanya, hanya keterangan bahwa masyarakat yang turun aksi kemarin berasal Serikat Pekerja transportasi kota New York. Kupasang  fotonya di depan kemah dan kutambahi dengan tulisan “ Percayalah keajaiban terjadi dimana saja ..! ”. Pesan untuk perubahan dunia dan gadis itu tentu saja.

Hari demi hari berlalu belum juga aku bertemu kembali dengan gadis itu. Di setiap orasi yang kusampaikan di depan massa demonstran seringkali aku selipkan pertanyaan adakah seseorang yang mengenal gadis dalam foto itu. Namun tak kutemukan jawaban, kebanyakan dari mereka menggelengkan kepala yang semakin membuat perasaanku tidak karuan. Namun Aku tidak menyerah, tidak sebelum keajaiban itu datang

Taman Zuccoti, Rabu 23 November 2011
Lima hari pasca bentrokan dengan kepolisian Kota New York salju mulai turun agak tebal sejak awal November. Bentrokan yang diliput sebagian besar media massa nasional itu terjadi ketika kepolisian berusaha mengusir kami yang menghalangi para pemilik saham memasuki kantornya. Dari catatanku Jatuh lebih dari 30 orang dan tentu saja menyurutkan nyali sebagian peserta demonstrasi yang rata-rata baru pertama kali turun ke jalan. Sekarang jumlah kami yang bertahan dan tetap menyuarakan tuntutan hanya sekitar puluhan orang,  Aku termasuk yang gigih meneriakkan agar yang lain tidak surut memperjuangkan keadilan.

Sebulan kemudian Aku tetap berada dalam kemah, namun kali ini memasang poster dengan tulisan “ Aku takkan berhenti mengusahakan keajaiban itu datang ! ” Sama seperti sebelumnya, sebuah pesan untuk perubahan dunia sekaligus untuk gadis itu. Beberapa kali Aku dilempar uang oleh mereka yang menganggapku dan kawan-kawan adalah gerombolan pengangguran. Aku tak peduli menunggu di depan Wall Street ini meski banyak orang terutama para pialang saham mengumpat diriku sebagai orang gila memperjuangkan perubahan yang sia- sia.

Taman Zuccoti,  1 Mei 2012
Aku masih bertahan disini, bersama ribuan demonstran lain. Ini adalah hari kesekianku untuk menentang ketidakadilan ekonomi di kota New York. Kota dimana perekonomian diatur oleh segelintir orang tamak dengan mengorbankan ribuan rakyatlainnya. Seperti diriku dan ratusan orang yang berkemah disini sejak pertengahan tahun lalu. Keajaiban ternyata terjadi meski kecil. Sekarang tuntutan kami dibicarakan luas oleh publik. Serikat Guru yang selama ini dikenal apatis dengan kondisi politik pada bulan ini mulai turun ke jalan memperjuangkan nasibnya. Begitu juga yang terjadi di belahan dunia lain, gerakan Occupy Wall Street dengan slogannya 99 % meluas di negara- negara serta eropa. Namun bukan itu saja alasan yang membuatku bertahan disini. Kamu tahu alasannya, aku masih menunggu gadis itu. Sampai keajaiban datang menghampiriku maka aku takkan berhenti. Dan jika kau mengenal gadis itu katakan padanya, Aku menunggunya di sudut Taman Zuccoti

Share:

0 comments