Perjalanan saya (Jakarta-Bogor- Bagian Pertama)

Bogor 24 November 2014
Hampir  satu semester saya berada di kota ini. Tak terasa memang sejak kepindahan yang saya pikir juga mendadak dari kota yang membesarkan saya yaitu Kota Solo.  Ceritanya sederhana, waktu itu saya benar-benar merasa jenuh di kota Solo. Pekerjaan menjadi reporter sudah selesai namun kuliah saya belum rampung begitu juga organisasi tempat saya menempa diri. Tulisan ini saya buat sebagai catatan perjalanan hidup saya dan untuk bagian pertama saya akan cerita tentang saya di sebuah Ibukota negara yang bernama Jakarta

Kesempatan melanjutkan kuliah akhirnya menemui jalan terang ketika Budhe yang pernah merawat saya waktu kecil memberi jalan agar saya dapat merampungkan sarjana saya namun dengan syarat saya harus pindah dari kota Solo. Bukan tanpa pikir panjang ketika diminta pindah, saya butuh beberapa hari untuk mengambil pilihan tersebut.
Pilihannya adalah saya tidak kuliah lagi sampai waktu yang belum jelas, atau saya melanjutkan kuliah di kota Bogor. Kenapa kota Bogor ini juga ada alasan tersendiri, yang pertama rumah Budhe saya (yang juga rumah saya waktu kecil sebelum pindah ke Solo) sudah dijual yang kedua Bogor dipilih Budhe saya untuk menjadi kediaman menghindari hiruk pikuk Jakarta tapi juga tidak jauh dari Jakarta.
Dan harinya pun tiba, saya dikirim uang untuk membeli tiket dan malam itu juga diminta berangkat. Tanpa membawa banyak barang saya putuskan untuk pergi ke Jakarta. Rasanya tidak begitu berat karena saya pikir keberangkatan saya ke Jakarta hanya sementara sebelum memutuskan pindah permanen, namun ternyata ceritanya berbeda..
Sampailah saya di Jakarta, di rumah budhe saya dan saya harus beradaptasi lagi meskipun saya waktu kecil pernah tinggal di sini. Awalnya saya benar-benar memanfaatkan kesempatan kesini sebagai liburan. Lepas dari aktivitas dan beban yang selama ini saya rasakan di kota Solo. Analoginya mungkin saya samakan dengan hibernasi yang dilakukan Beruang di musim dingin. Benar-benar mengistirahatkan pikiran saya meski sejenak
Hari-hari saya penuhi dengan makan, tidur dan internetan sepanjang hari. Salah satu pelajaran penting dari liburan itu saya menjelajahi banyak café – café kopi di Jakarta karena setiap Minggu teman-teman adek saya pasti mengajak saya untuk ikut mereka jalan-jalan, lumayan dapat mencicipi es kopi di berbagai tempat. 
Nah tempat pertama dari cafe yang saya datangi adalah Kopitiam Oey Tebet, waktu itu acaranya bertemu teman-teman komunitas Android yang selama ini hanya berbincang di dunia maya. Tempatnya kecil dan tidak nyaman menurut saya, rasa minumannya juga saya rasa lebih enak yang di Solo, entahlah mungkin karena harganya yang lebih mahal jadi terasa lebih pahit kopinya :D
Cafe selanjutnya yang pernah saya coba selama di Jakarta adalah Anomali coffee dan Coffee Cabeen di Blok S, Bengawan Solo Coffee di pom bensin deket Cawang,  Starbukcs di Thamrin, Tebet Square, Lottemart, sama di mall yang saya lupa namanya, CoffeeBean di Tebet Square juga, terus di Kemang ada Cafe yg di atas toko buku saya lupa juga namanya, Good Dinner di SCBD, Kopi Oey lagi tapi yang di Sabang, Kedai Kopi yang ada di jalan Sabang tempat bule nongkrong, Kopi Tiam di SCBD dan yang menurut saya nyaman adalah kafe di kawasan Kota Tua yang sudah saya kunjungi 3 kali (lupa namanya), sama Seven Eleven di Saharjo dan komplek Bidakara dekat rumah saya.
Mewahkah? Menurut saya siy ga begitu karena di tiap tempat itu saya selalu mencoba es kopi itemnya yang biasanya paling murah. Rata-rata harganya 20rban sebagai perbandingan kalo saya nongkrong di warkop atau warteg abisnya 15rb juga untuk minum es kopi sama pisang bakar !! #Jakartaemanggilaharganya
Bahagia rasanya hampir tiap minggu yang penuh kopi dan wifi meskipun tempat-tempat baru ini juga membuat saya kagum dan berpikir ini kota dimana seluruh kekayaannya berasal dari pulau pulau di luar Jawa pada saat Orde Baru berkuasa.
Kesempatan liburan ini saya juga bertemu adek-adek saya yang sekarang berada di Jakarta baik itu yang bekerja disini maupun yang aslinya sini. Tidak banyak yang berubah dari mereka selain lebih dewasa tentunya dan saya senang bisa bertemu dengan mereka, kalo saya ingat ada beberapa teman yang sudah tidak berjumpa lebih dari satu tahun.
Bulan demi bulan berlalu yang saya ingat bulan puasa dan piala dunia. Saya jadi teringat awal saya masuk kuliah, pernah bercanda bahwa lama kuliah kita jangan sampai lewat 3 kali piala dunia, dan ternyata tinggal saya yang memecahkan rekor itu hahaha.. tiap hari saya hampir tidak melewatkan seluruh pertandingan piala dunia karena saya tidak bisa tidur.
Hampir tidak terasa puasa di sini karena hidup saya benar-benar terbalik lebih parah dari di Solo. Saya terjaga hingga pagi dan baru tidur ketika siang tiba. Salah satu yang tidak berkesan dari lebaran ini saya tidak bisa pulang ke Solo dan lebaran tahun ini benar-benar biasa alias seperti tidak ada yang spesial dalam perayaannya. Bedanya saya bisa lagi merokok dan minum es di pagi hari.
Apalagi ya tentang Jakarta yang bisa saya ingat oh iya tentang buku yang saya baca selama di sini, karena waktu pergi ke Jakarta saya tidak membawa apa-apa selain pakaian alhasil saya banyak membaca di artikel dan berita di internet.
Saya ketagihan membaca situs berita The Guardian, Huffington Post, Russian Today sama New York Times. Menurut saya tulisan di situs situs tersebut sangat luar biasa dalam struktur penulisannya. Meski berat bahasannya namun para penulisnya menyampaikan dengan ringan dan tidak penuh teori yang orang awam sulit mencernanya (hal yang biasa ditemui di artikel opini koran dalam negeri misalnya). Saya pengen belajar menulis seperti itu arghhh...
Untuk buku saya dapat pinjaman dan merampungkan novel Sybil di tempat tinggal teman saya, novel 5cm sama 4 buku dari LBH Jakarta yang waktu itu dikasih ketika saya main kesana. Tidak banyak dan menurut saya menyedihkan pada akhirnya saya menyadari otak saya beku tanpa membaca buku.
Demikian apa yang saya alami selama di Jakarta, nanti saya lanjut di bagian kedua menjadi Penglaju temporer dan perjalanan di Kota Hujan..

Share:

0 comments