Setelah dua
minggu terakhir ini mahasiswa dan masyarakat melakukan aksi unjuk rasa menolak
kenaikan harga BBM, aksi mereka akhirnya menemui jawaban pada Sidang Paripurna
DPR Jumat 30 Maret lalu. Meski hasilnya mengecewakan dan tidak sesuai dengan
tuntutan demonstran karena hasil akhirnya adalah pemerintah dapat menaikkan
harga BBM dalam 6 bulan kedepan berdasarkan pertimbangan harga minyak dunia,
namun ada yang bisa dijadikan catatan dari aksi demonstrasi yang dilakukan
kemarin. Menurut data yang dikeluarkan Kontras terjadi peningkatan aksi demonstrasi
penolakan kenaikan harga BBM dari bulan Januari sejumlah 13 Aksi , Februari 18
aksi dan di bulan Maret meningkat hingga 97 aksi
|
Markas HMI Cabang Surakarta |
Bertepatan
dengan perayaan Maulid Nabi yang jatuh pada tanggal 5 Februari tahun ini
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) juga merayakan hari jadinya yang ke 65.
Berbicara tentang organisasi mahasiswa yang usianya hampir sama dengan usia
republik ini pastilah akan sangat banyak tema baik pemikiran maupun tema gerakan
yang bisa diangkat. HMI yang lahir ditengah pergolakan bangsa pasca kemerdekaan
pada tahun 1945 silam bertujuan awal sebagai wadah bagi mahasiswa Islam untuk
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia serta meninggikan derajat umat
Islam yang saat itu masih dirundung kemiskinan serta kebodohan akibat
penjajahan Belanda. Meski menghadapi
berbagai tantangan baik dari eksternal umat Islam maupun intern umat Islam HMI
yang semula hanya mempunyai satu kantor cabang di Yogyakarta sekarang telah
menjadi organisasi mahasiswa yang terbesar dan tertua dengan lebih dari 100
Cabang dan puluhan ribu kader di seluruh Indonesia.
Dalam
perjalanannya tujuan HMI berubah menjadi terbinanya
Insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab
atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. HMI juga
menyebutkan dalam Anggaran Dasar pasal 9 bahwa HMI berperan sebagai organisasi
perjuangan. Perjuangannya sebagai organisasi mahasiswa adalah perjuangan untuk
mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Namun demikian fakta
yang saat ini ditemui belumlah seperti yang diharapkan dalam konstitusinya. Di
usianya ke 65 HMI ada kegelisahan yang dituliskan oleh Agussalim Sitompul seorang
sejarawan dalam bukunya 44 Indikator
Kemunduran HMI bahwa saat ini kader- kader HMI minim sekali gagasan segar yang
bersentuhan langsung dengan masyarakat serta umat. Dalam berbagai acara HMI
masih sering mengenang kejayaan Nurcholis Madjid dkk di era tahun 70-an yang
mengusung pemikiran Islam Indonesia Modern, dimana Cak Nur mendapatkan
insipirasinya ketika dia dulu masih aktif di HMI. Setelah itu pada era 80-an HMI
seolah tidak muncul di permukaan karena disibukkan dengan urusan internal
organisasi yang tidak produktif.
Heran dengan kelakuan pemerintah sekarang (udah dari dulu sebenernya) tapi yang ini udah bener-bener keterlaluan. Sembako mahal malah buat pager istana seharga 22 Milyar!!, biaya kesehatan rakyat mahal malah presiden,menteri,DPR mau naik gaji dan ga tanggung2 20 persen dari gajinya yang sekarang! bayar sekolah mahal malah beli pesawat dan mobil dinas baru. Alasan ini itulah,bla bla bla,nyatanya pemerintah telah buta tentang kondisi riil di masyarakat terutama masyarakat tak berpunya. Pemerintah mana yang bisa tega membuat album nyanyian sedangkan di setiap perempatan banyak anak jalanan yang seharusnya bersekolah terpaksa menjual nyanyian juga,walaupun hasilnya hanya cukup sehari makan?
Jika pernah membaca sejarah kerajaan dzalim jaman dahulu mungkin keadaan pemerintah kita sekarang ini hampir mirip dengan zaman Firaun yang lalim dan gila harta.
Belum lagi jika melihat kesepakatan perdagangan bebas dengan Cina yang notabene basis produksinya sangat kuat karena didukung pemerintahnya. Industri kita?ya terpaksa harus gigit jari lagi, karena pemerintah kita boro2 memikirkan subsidi buat industri, untuk cari pinjaman modal saja sulitnya minta ampun kok..!
Sementara beberapa orang yang mengaku banknya akan bangkrut ditalangi sebesar 6,7 Triliyun rupiah oleh pemerintah dzalim ini, saudara -saudara kita di daerah Sidoarjo yang terkena lumpur Lapindo masih terlantar dan bertahan menunggu dana ganti rugi yang udah bertahun tahun dijanjikan oleh pemerintah.
Masih ingin bertahan dengan janji pemerintah lalim ini? Maka diamkan saja kelak kita lihat sendiri akibatnya,entah untuk kita atau anak kita cukup 5 tahun kedepan saja,dapat dipastikan akan semakin buruk keadaannya.
Ingin mencari alternatif lain? Maka tanyakan pada diri sendiri apakah kita sudah sadar bahwa selama ini kita dibohongi? kalo sudah maka ini saatnya bangkit melawan. . . ! Karena diam berarti pengkhianatan. . . ! ! !
( Ssstt. . . Jangan bilang bilang beberapa bulan ke depan listrik kita naik lagi loh. . .)
Tambahkan keheranan kalian sendiri, masih tersisa banyak kelakuan miris pemerintah kita yang dapat dituliskan