Smurf dan Masyarakat Tanpa Kelas
Seperti apa masyarakat komunis yang diidamkan Karl Marx? Sepintas pertanyaan itu mengharuskan kita membuka berjilid-jilid buku karya Marx untuk menjawabnya, namun ternyata gambaran masyarakat ideal Marx ( juga Tan Malaka) ada pada sebuah buku komik berjudul Smurf. Ya komik yang dibuat oleh Peyo pada tahun 1958 di Belgia ini ternyata menyimpan muatan ideologis yang erat kaitannya dengan masyarakat komunisnya Marx. Komik tentang makhluk berwarna biru ini juga telah difilmkan oleh Dreamworks Pictures America pada tahun 2011 lalu. Film ini terbilang sukses meski ceritanya tidak persis dengan aslinya mengingat komik Smurf sendiri terdiri dari puluhan episode.
Saya
sendiri mengenal komik Smurf sejak saya bisa membaca alias sejak TK. Saya ingat
setiap diajak pergi oleh orang tua, saya pasti meminta mampir ke toko bukunya. Walau
tidak selalu membeli komik Smurf karena waktu itu seringkali koleksinya sudah
saya punya harganya saat itu juga cukup mahal dibandingkan membeli buku lain
semisal Donal Bebek atau novel Gooseebumps. Beberapa judul yang saya masih
ingat adalah Smurf Hitam, Bayi Smurf, Sop Smurf yang sayangnya saat ini sudah
hilang semua. Seperti anak kecil lain saya juga tidak sadar kalo komik Smurf
itu ternyata memiliki muatan ideologis. Saat itu Smurf menarik bagi saya karena
gambar dan ceritanya saja. Pertikaian antara makhluk kecil berwarna biru
melawan manusia penyihir bernama Gargamel dan kucingnya yang bernama Azrael.
Seru karena pada akhir cerita Smurf pasti menang melawan Gargamel meski
menempuh jalan yang berliku.
Smurf
digambarkan hidup di sebidang lahan di antah berantah. Hidup nyaman di tengah
hutan tanpa tentara atau polisi dan makanan favoritnya adalah daun sarsapilla
(saya sendiri tidak mengerti daun apa itu hehehe…). Di Desa Smurf semuanya adalah
pembuat hukum sekaligus pelaksananya. Dari gambaran diatas lalu dimana ideologisnya?
Jika kita merujuk ke teks klasik Marx tentang masyarakat yg diidamkan maka kita
akan menemui kalimat ini dalam Manifesto Komunis “ In this sense the theory of the Communists may be summed up in a
simple sentence: Abolition of private property." Dalam desa Smurf tidak ada kepemilikan pribadi karena semua adalah
milik bersama. Lebih lanjut lagi Setiap Smurf bekerja menurut kemampuannya dan
dia mendapat sesuai kebutuhannya, ini juga ditulis Marx dalam Manifestonya “from each his ability and to each his
needs." Atau sering kita baca juga dari Tan Malaka “ Masyarakat Sama Rasa Sama Rata “. Semua
saling berbagi, tidak ada pertukaran dengan menggunakan uang, dan kepentingan
seluruh warga Smurf yang diutamakan.
Dari tokoh-tokoh yang ada
di komik Smurf juga mengingatkan kita akan para tokoh komunis. Papa Smurf
adalah gambaran Karl Marx itu sendiri dengan janggutnya yang khas. Ada
perbedaan yang kentara dari tokoh ini karena
Papa Smurf satu-satunya yang memakai topi berwarna merah (merah adalah warna
kaum komunis) sedangkan yang lain memakai topi berwarna putih. Papa Smurf
ditampilkan sebagai sosok yang bijaksana dan selalu memberikan nasehat ketika
ada Smurf yang mempunyai masalah. Dalam episode Smurfuhrer ada cerita ketika
Papa Smurf meninggalkan desa Smurf untuk mencari bahan ramuan terjadi
pertempuran antar Smurf untuk memilih pemimpin. Masalah itu selesai ketika Papa
Smurf kembali pulang dan kembali memimpin Desa Smurf.
Tokoh berikutnya adalah
Smurf kacamata yang mirip dengan Leon Trotsky , seorang penerus Lenin yang
akhirnya disingkirkan Stalin pada era Soviet. Si Smurf kacamata ini kemana-mana
selalu membawa buku dan nasihatnya sering diabaikan smurf yang lain meski
cerdas karena dia tidak punya pengikut. Seringkali dia diusir keluar desa Smurf
agar tidak mengganggu kegiatan Smurf yang lain. Persis seperti cerita Trotsky yang
dibuang keluar Rusia dan akhirnya dibunuh oleh rezim Stalin. Beberapa profesi
yang sering tampil dalam Komik Smurf diantaranya adalah Smurf Tukang, Smurf
Petani, Smurf Pelukis, Smurf koki yang semuanya hidup di dalam rumah Jamur.
Meski dari luar rumah itu tampak sama maka akan berbeda ketika sudah masuk
kedalam rumah tersebut yang berbeda dekorasinya sesuai dengan profesi
masing-masing. Smurf lain yang sering tampil juga adalah Smurf Badut, Smurf
Genit, dan Smurf pemarah. Yang menarik hanya ada
satu Smurf berjenis kelamin perempuan yaitu Smurfette. Jika kita merujuk
Manifesto Komunis tentang masalah perempuan juga dibahas Marx bahwa lembaga perkawinan
akan dihapuskan karena hanya meneruskan hak milik pribadi. Apakah berarti satu
perempuan bisa dimiliki oleh semua? Bisa jadi iya namun Marx sendiri menjawab
dengan tegas dalam manifestonya “"The Communists have no need to introduce
free love; it has existed almost from time immemorial." Artinya Marx hanya
mengamini apa yang ada di dalam masyarakat borjuis, dimana kepemilikan bersama
atas wanita dibolehkan namun ditutupi dengan idiom perselingkuhan.
Lalu bicara mengenai musuh dari para Smurf yang pertama yaitu Gargamel seorang manusia penyihir yang hidup di purinya sendiri. Gargamel bertekad ingin memasak Smurf untuk dijadikan ramuan yang nantinya bisa berubah menjadi emas. Namun Gargamel tidak pernah bisa menemukan Desa Smurf karena dia selalu tersesat di hutan kecuali ada Smurf yang ceroboh dan kemudian tertangkap. Gargamel sendiri adalah gambaran dari kaum kapitalis yang kejam dan melihat buruh sebagai komoditas yang bisa dijual. Kucingnya yaitu Azrael adalah gambaran serikat pekerja di Negara maju dimana mereka patuh kepada kaum kapitalis. Serikat pekerja ini meskipun mempunyai energi namun selalu patuh ketika diperintah oleh tuannya karena tidak dapat bersuara.
Meski
Peyo tidak mengiyakan apakah memang benar komiknya dibuat untuk mendukung masyarakat
komunisnya Marx, namun dari file yang pernah dikeluarkan CIA mengatakan bahwa
komik Smurf adalah salah satu propaganda yang dibuat oleh Uni Soviet pada waktu
itu untuk menanamkan paham komunis ke Negara-negara eropa dan terutama Amerika
Serikat. Smurf sendiri menurut file itu adalah sebuah akronim dari Sosialism Men Under Red Father. Lalu apa hikmah yang bisa diambil dari pemaparan diatas? Saya pikir
akan menjadi bahan kajian yang menarik ketika propaganda tidak selalu harus
ditampilkan dengan berapi-api dan kata-kata yang “membakar” (seperti yang Smurf
tampilkan) namun bagaimana sebuah ideologi dapat tertanam dan kita menyukainya
dengan kesadaran. Mampukah kita
mencontohnya?
Referensi
- http://www.marxists.org/indonesia/archive/index.html
untuk manifesto komunisnya
Tags:
Aksi
aktivis
Anti globalisasi
Curhat
diskursus
Hegemoni
Kapitalisme
komunis
Marxisme
Smurf
sosialis
teori
the smurfs
tokoh
Trotsky
0 comments